Monday 14 April 2008

Hati yang Menyapa

By Parlindungan Marpaung dalam buku setengah isi setengah kosong.

Suatu hari badrun bertengkar dengan istrinya . Masing masing tidak mau mengalah. Akibatnya mereka tidak saling menegur sapa beberapa hari lamanya. Suatu hari Badrun bekerja hinggah larut malam dan besok harus berangkat subuh karena akan berangkat dinas ke Jakarta naik KA .8459, Parahayangan, pukul 05.00.Semula ia ingin meminta tolong kepada istrinya untuk membangunkannya ketika subuh, namun karena gengsi ia hanya menulis di secarik kertas, " Bu, tolong bangunkan saya pukul 03.30, karena harus bersiap siap dinas ke Jakarta pukul 09.00, naik kereta pukul 05.00 !"Lalu ia taruh surat tersebut diatas meja rias istrinya. Disamping itu ia juga mengatur alarm handphonenya untuk berbunyi tepat pukul 03.00.

keesokkan harinya, Badrun bangun kesiangan sekitar pukul 07.00. pendek cerita Badrun marah besar dan kesal karena istrinya tidak membangunkannya pukul 03.00. Rencana dinas ke Jakartapu batal.Namun Badrun nampak terkejut ketika menemukan secarik kertas berisi tulisan istrinya " Pak bangun! sudah pukul 03.00 tuh...handphonenya bunyi dari tadi"


Membaca tulisan diatas saya cuma senyum senyum sendiri(teringat pengalaman pribadi walaupun nggak sama persis hi..hi..)dan moral story-nya seperti yang disampaikan penulis diatas adalah :

Komunikasi adalah kata kunci dan tindakan penting dalam membentuk, memelihara dan meningkatkan kualitas hubungan antar manusia. Banyak hubungan terputus hanya karena kesalahan dalam berkomunikasi, komunikasi yang tidak tertata rapi atau karena salah satu pihak tidak mau berjiwa besar untuk memulai membuka komunikasi yang mungkin sudah lama tidak berjalan.

Hari ini, ketika teringat masih ada masalah yang mengganjal sehingga menutup pintu komunikasi kita selama ini, baik dalam lingkungan keluarga, sesama rekan kerja, dsb, maka inilah saatnya untuk berinisiatif memulai.
Dilandasi hati yang tulus, kerendahan hati dan niat baik kita melangkah lebih dulu memulai untuk menyapa. Perkara yang bersangkutan menerima atau tidak, sudah bukan bagian kita lagi, yang penting dari kita sudah memulai yang baik dan menjadi catatan tersendiri dalam " Buku Kehidupan" yang dimiliki Sang Pencipta. Begitu memulai akan muncul deburan sukacita yang memenuhi sukma sebagai tanda bahwa hati nurani kita sudah beres dan bersih (hati yang mengalirkan kebaikan)

No comments: