Tanggal 17-18 melalui prepare yang serba mengejutkan dan tak terpikirkan sebelumnya, finally i got the real traned " sufi thingking ", Pada dasarnya sebagian besar teory sudah pernah aku dapatkan baik dari baca ataupun seminar.
Tak tahu kenapa pada pelatihan kali ini terasa berbeda, padahal my husband sebelumnya telah lebih dulu selama beberapa waktu brkecimpung didalamnya , tapi aku tak pernah tertarik tuk mengikutinya. Setelah saya merenung sebenarnya apa yang membuat aku begitu malas untuk mengikuti training sufi thingking, tak lain adalah perasaan sombong yang sangat halus yang hampir hampir tak kurasakan, yaitu merasa sudah pernah tahu. Padahal kalau dipikir sombong adalah sifat turunan jin katika terusir dari surga, oh..oh..that is me!...waktu itu.
Ya...yang utama adalah cause kasih sayang my Great Teacher. Selain dukungan dari my husband. Ada perassan berat waktu hendak berangkat malam itu selain karena aku masuk waiting list juga anakku alma sedang sakit, aida anak ketigaku belum pernah aku tinggal selama dua tahun terakhir untuk menginap, belum lagi tangisan azka anak pertamaku berlari-lari mengejar my car hanya mau bilang takut ma..jangan pergi. Saya cuma bilang sama dia "..azka mama sayang sama kalian , kalian jangan takut selain ada eyang terutama ada Nenek Guru di hati kalian yang akan menjaga kalian, dengan nada agak aku kuatkan agar azka merasa tenang, jauh dalam hati saya yang merendah serendah rendahnya kupanjatkan doaku ,Tuhan kutitipkan anak-anakku kepadamu dan juga kutitipkan diriku kemana Engkau akan bawa.."Mungkin buat sebagian orang hal seperti ini adalah sepeleh, tapi buatku merupakan hal yang berat...
Disana tema utamanya adalah hijrah menuju aklakhul karimah, kebetulan sekali dengan waktu keberangkatanku menuju qatar. Tentu tidak kebetulan juga jika aku bertemu banyak orang , belajar banyak hal. rendah hati, tulus, optimisme, sportif,loyalitas, fun, banyak lagi sifat baik yang bisa aku rasakan disana. Seijin Tuhan aku juga bertemu dengan orang Malaysia yang sudah berumur 75 tahunan, kupanggil mak cik farida. Dari mak cik ini juga aku belajar untuk berucap selaluh yang menyenangkan orang lain, penuh loving mak cik bilang , hi..hi..sudah langsung kubayangkan apa yang ingin kulakukan sepulang dari training ini, untuk orang-oarang terdekat yang kucintai. semoga...
Dua hari berlaluh menjelang kepulangan aku betekad satu hal " aku tidak mau menjadi manusia tanpa arti , aku ingin berarti dan bermanfaat untuk orang lain minimal untuk anak-anak dan my husband " Tidak besar mungkin, bisa kumulai dari hal kecil saja , senyum dan pelukan tulus untuk mereka.
Monday, 19 November 2007
Friday, 9 November 2007
Because mysoulmate ?
Tantangan dan masalah merupakan tanda bahwa ita mash hidup. Tidak ada didunia ini yang tidak lepas dari tantangan. Dari tantanggan ini membuat kita menjadi semakin matang dan dewasa dalam perkembangan mental. Tentu saja jika dijalani dengan baik, akan memberi pelajaran berharga. Semua ini adalah kata-kata yang pernah diucapkan seorang filsuf.
Begitulah saya mencoba membesarkan hati saya, merecovery my mind. Ketika saya merasa menderita dengan perasaan saya karena terpisah jauh dari my soulmate . Benar, tidak ada tantangan terlaluh kecil untuk dilalui ataupun tidak ada tantangan terlaluh besar untuk dilewati, semua sudah ada takaran dan kadarnya begitu dalam Al Quran disebutkan, yang berarti semua itu tidak akan melewati batas kemampuan manusia, I believe it but ....
Pertanyaan berikutnya apa yang diperlukan kalau begitu ? Pernah seorang sufi memberikan wejangan kepada muridnya yang merasa menderita karena permasalahan yang sedang menghimpitnya . Sufi itu berkata jangan jadi gelas tapi jadilah telaga atau danau. Sang sufi mengibaratkan masalah dengan segengam garam yang dimasukkan pertama dalam gelas lalu segenggam lainnya dimasukkna kedalam telaga maka ketika kita merasakannya , apa yang terjadi? Dalam air garam pada sebuah gelas akan terasa lebih asin dari pada air garam yang ada pada telaga dengan takaran garam yang sama yaitu segenggam .Begitulah suatu masalah yang terjadi pada setiap manusia diibaratkan dengan garam sedangkan gelas ataupun telaga adalah hati yang menampungnya. Kesimpulannya sebesar atau sekecil apapun suatu permasalahan akan tergantung sekali dari hati kita , semoga saya bisa memiliki hati seluas telaga, Can I?....
Subscribe to:
Posts (Atom)